Minggu, 04 Desember 2016

EVOLUSI ANJING

SEJARAH EVOLUSI ANJING



Anjing yang kita jumpai saat ini atau yang sering disebut sebagi anjing modern dalam nama ilmiah Canis familiaris sudah berbeda dengan nenek moyangnya yang liar. Anjing modern sudah berubah menjadi sosok binatang dengan berbagai keistimewaan pada penglihatan, pendengaran dan penciumannya. Anjing modern juga sudah menjadi anjing yang jinak dan dekat dengan manusia.

Berdasarkan taksonomi, anjing digolongkan dalam ordo Carnivora dan termasuk dalam keluarga Canidae. Famili Canidae dibagi lagi menjadi 4 grup yaitu Canis (grup anjing), Vulpes (grup rubah, kecuali rubah abu-abu), Dusycyon (grup Culpeo), dan Bushdog (mencakup anjing jenis lainnya. Anjing termasuk dalam grup Canis, satu genus dengan wolf (serigala), coyote, jackal, dan dongo.

Berbagai teori sejarah anjing digali dan dikembangkan para peneliti untuk mengungkap asal-usulnya termasuk menduga nenek moyang anjing adalah serigala, rubah dan jackal. Ternyata tidak hanya ketiga hewan tersebut masih ada annjing liar lain tetapi tidak masuk dalam keluarga Canidae yang disebut Wild cousin dog. Hewan inilah yang diduga sebagai nenek moyang anjing. Kedua kelompok hewan ini (serigala dan anjing liar) memiliki ciri-ciri yang hampir sama yaitu kepala besar, mulut panjang, gigi gerigi, dan rahang kuat untuk memotong atau menggiling makanan. Hewan-hewan ini memiliki kemampuan beradaptasi di suatu daerah sangat baik, mampu bertahan hidup dalam berbagai habitat maulai daerah dingin sampai daerah panas, dari daerah tandus serta hutan belantara.

Menurut Charles Darwin, ada 2 spesies yaitu serigala abu-abu (Canis lupus) dan jackal emas (Canis aureus) yang diduga sebagai cikal bakal terciptanya anjing modern. Pendapat tersebut didukung Konrad Lorenz, zoologis pada abad 20, yang mencoba mengawinsilangkan chow chow dan husky. Perkawinan keduanya menghasilkan anakan yang mirip jackal. Konrad yakin tingkah laku yang muncul pada anjing modern berasal dari serigala.

Menurut sejarah geologi, perkembangan evolusi anjing terjadi sejak 60 tahun silam, ketika zaman Paleocene. Evolusi anjing tersebut melalui 4 zaman yaitu zaman Paleocene, zaman Oligocene, zaman Miocene, dan zaman Pliocene. Pada zaman Paleocene, terdapat 2 spesies hewan yaitu miacis dan cynodictis. Miacis adalah hewan kecil dengan badan dan ekor panjang, serta ekor pendek. Hewan tersebut merupakan nenek moyang anjing, raccoon, beruang, weasel (sejenis musang), musang, hyena (anjing hutan), dan kucing. Miacis memiliki gigi khas bangsa karnivora dan berjalan seperti beruang. Otaknya kecil, tetapi lebih besar dari bangsa karnivora seperti creodont yang menghilang 20 juta tahun silam. Creodont adalah sejenis hewan pemakan daging yang ukurannya sedikit lenih besar dari tikus. Sementara cynodictis memiliki tubuh yang lebih kecil dan langsing. Yang menonjol dari binatang ini adalah kelengkapan giginya yang berjumlah 42 buah. Keturunan miacis dan cynodictis yang masih hidup hingga sekarang adalah musang. Oleh karena itu, musang kerap dijuluki fosil hidup. Kendati sudah berevolusi selama 40 juta tahun tetapi tidak mengalami perubahan.

Ketika zaman Oligocene (kira-kira 35 juta tahun yang lalu), cynodictis tetap berbentuk hewan dengan badan panjang dan kaki pendek. Adapun miacis berkembang manjadi berbagai ukuran anjing. Dari turunannya berkembang menjadi anjing mirip beruang, hyena, kucing, dan anjing,. Keturunan anjing inilah yang bertahan hidup.

Zaman Miocene yang terjadi sekitar 20 tahun yang lalu merupakan permulaan evolusi anjing sesungguhnya, keluarga pertama Canidae. Hal ini dibuktikan dengan adanya hewan mirip anjing. Hewan itu disebut mesocyon, memiliki rahang lebih kecil dibandingkan rahang anjing saat ini.

Kemudian cynodesmus berkembang menjadi raccoon dan weasel. Pada akhirnya cynodesmus juga berkembang menjadi tomarctus, bangsa anjing dengan rahang besar yang panjang dengan otak besar. Sosoknya sudah mirip dengan anjing moderndan dianggap sebagai nenk moyang keluarga Canidae seperti canis, jackal, serigala, rubah, dan hyena.

Akhirnya pada zaman Pliocene, bentuk anjing sudah seperti sekarang ini. Zaman ini terjadi 5-7 tahun silam. Hewan-hewan ini sudah berjalan dengan empat kaki. Salah satu jarinya pun mengalami perubahan taji. Pada saat periode ini, ditemukan Etruscan. Menurut hasil penilitian, Etruscan merupakan nenek moyang langsung dari anjing dan serigala. 

Demikian ulasan singkat sejarah evolusi anjing modern yang kita lihat saat ini. Semoga bermanfaat.       

Canidae

Canidae

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Canidae adalah famili mamalia karnivora dan omnivora pada ordo Karnivora. Binatang yang masuk ke dalam canidae adalah anjingserigalarubahkoyotedingo dan jakal. Beberapa orang menyebut binatang tersebut adalah anjing, tetapi hal tersebut salah.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Felidae

Felidae

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Felidae
Rentang fosil: Oligosen Akhir - Holosen, 25–0 Jtl
Panthera tigris tigris.jpg
Harimau, Felidae terbesar yang hidup di alam liar.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Animalia
Filum:Chordata
Kelas:Mammalia
Ordo:Carnivora
Upaordo:Feliformia
Famili:Felidae
G. Fischer de Waldheim, 1817
Tipe genus
Felis
Linnaeus, 1758
Subfamilia
Felidae range.png
Persebaran Felidae
Kucing dan kucing besar adalah anggota suku Felidaebangsa Carnivora. Anggotanya yang paling dikenal tentunya adalah kucing peliharaan (subspesies Felis silvestris catus), yang pertama kali diduga mulai berhubungan secara sosial dengan manusia antara 7000 dan 4000 tahun yang lalu. Kerabat liarnya masih ditemukan di Afrika dan Asia bagian barat. Jenis-jenis lainnya juga banyak dikenal orang karena banyak menjadi simbol keberanian dalam berbagai kebudayaan, seperti singaharimaumacan tutuljaguarcitah,puma, dan kucing hutan. Berdasarkan temuan fosil, anggota Felidae pertama diketahui telah ada pada masa Eocene, sekitar 40 juta tahun yang lalu.[2]
Kelompok hewan ini mudah dikenali dari bentuk tubuhnya. Daun telinga kebanyakan berbentuk segitiga dan tegak. Taring jelas dan besar karena semua anggotanya adalah pemakan daging. Penciri khas lainnya adalah kukunya yang memiliki kantung sehingga dapat dikeluarmasukkan sesuai keperluan. Semua Felidae, termasuk pula kucing peliharaan, adalah predator sejati dan dalam rantai makanan kerap kali menempati posisi puncak.
Beberapa jenis Felidae dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan. Meski kebanyakan mandul (steril) seperti liger dan tigon, ada beberapa yang mampu menghasilkan keturunan, seperti ras kucing Savannah sebagai hasil persilangan kucing rumah dengan serval.
Ada 37 spesies Felidae yang diketahui di dunia saat ini. Moyang Felidae diduga berasal dari daratan Asia dan menyebar ke benua lainnya lewat jembatan darat.

Karakteristik[sunting | sunting sumber]

Felids adalah karnivora obligat, membutuhkan diet daging dan organ untuk bertahan hidup. Selain singa, genus felid liar umumnya soliter; kucing domestik liar melakukannya, namun, membentuk koloni kucing liar. Cheetah juga diketahui hidup dan berburu dalam kelompok. Felids umumnya hewan nokturnal, dan hidup di habitat yang relatif tidak dapat diakses. Sekitar tiga perempat spesies kucing hidup di daerah hutan, dan mereka umumnya pendaki tangkas. Namun, felid dapat ditemukan di hampir setiap lingkungan, dengan beberapa spesies yang asli daerah pegunungan maupun gurun . Felid liar yang asli berada di setiap benua kecuali Australasia dan Antartika

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Kemiripan bentuk fisik anggota Felidae menyebabkan pada masa lalu anggota-anggotanya dikelompokkan pada satu marga (Felis) atau dua marga saja (Felis, kucing kecil, dan Panthera, kucing besar). Kajian filogeni dengan menggunakan bantuan teknik molekular menunjukkan bahwa variasi di dalam anggota Felidae cukup besar, sehingga klasifikasi berikut yang sekarang mulai dianut oleh para peminat zoologi.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ McKenna, M. C.; Bell, S. K. (2000). Classification of Mammals. Columbia University Press. p. 631. ISBN 978-0-231-11013-6.
  2. ^ Eizirik E., Murphy W. J., Koepfli K. P., Johnson W. E., Dragoo J. W., O'Brien S. J. (2010). "Pattern and timing of the diversification of the mammalian order Carnivora inferred from multiple nuclear gene sequences". Molecular Phylogenetics and Evolution 56 (1): 49–63. doi:10.1016/j.ympev.2010.01.033PMID 20138220.
  3. ^ Vella, Carolyn et al. (2002). Robinson's Genetics for Cat Breeders and Veterinarians, 4th ed. Oxford: Butterworh-Heinemann. ISBN 0-7506-4069-3.

Pustaka[sunting | sunting sumber]